Gambar

KEBUDAYAAN PALEMBANG SEBAGAI BAGIAN BUDAYA DARI INDONESIA

Semboyan: Palembang Kota BARI (Bersih, Aman, Rapi, dan Indah)
Julukan: “Bumi Sriwijaya

 

 Seni dan Budaya

Sejarah tua Palembang serta masuknya para pendatang dari wilayah lain, telah menjadikan kota ini sebagai kota multi-budaya. Sempat kehilangan fungsi sebagai pelabuhan besar, penduduk kota ini lalu mengadopsi budaya Melayu pesisir, kemudian Jawa. Sampai sekarang pun hal ini bisa dilihat dalam budayanya. Salah satunya adalah bahasa. Kata-kata seperti “lawang (pintu)”, “gedang (pisang)”, adalah salah satu contohnya. Gelar kebangsawanan pun bernuansa Jawa, seperti Raden Mas/Ayu. Makam-makam peninggalan masa Islam pun tidak berbeda bentuk dan coraknya dengan makam-makam Islam di Jawa.

Kesenian yang terdapat di Palembang antara lain:

  • Kesenian Dul Muluk (pentas drama tradisional khas Palembang)
  • Tari-tarian seperti Gending Sriwijaya yang diadakan sebagai penyambutan kepada tamu-tamu dan tari Tanggai yang diperagakan dalam resepsi pernikahan
  • Syarofal Anam adalah kesenian Islami yang dibawa oleh para saudagar Arab dulu, dan menjadi terkenal di Palembang oleh KH. M Akib, Ki Kemas H. Umar dan S. Abdullah bin Alwi Jamalullail
  • Lagu Daerah seperti Melati Karangan, Dek Sangke, Cuk Mak Ilang, Dirut dan Ribang Kemambang
  • Rumah Adat Palembang adalah Rumah Limas dan Rumah Rakit

Selain itu Kota Palembang menyimpan salah satu jenis tekstil terbaik di dunia yaitu kain songket. Kain songket Palembang merupakan salah satu peninggalan Kerajaan Sriwijaya dan di antara keluarga kain tenun tangan kain ini sering disebut sebagai Ratunya Kain. Hingga saat ini kain songket masih dibuat dengan cara ditenun secara manual dan menggunakan alat tenun tradisional. Sejak zaman dahulu kain songket telah digunakan sebagai pakaian adat kerajaan. Warna yang lazim digunakan kain songket adalah warna emas dan merah. Kedua warna ini melambangkan zaman keemasan Kerajaan Sriwijaya dan pengaruh China pada masa lampau. Material yang dipakai untuk menghasilkan warna emas ini adalah benang emas yang didatangkan langsung dari China, Jepang dan Thailand. Benang emas inilah yang membuat harga kain songket melambung tinggi dan menjadikannya sebagai salah satu tekstil terbaik di dunia.

Selain kain songket, saat ini masyarakat Palembang tengah giat mengembangkan jenis tekstil baru yang disebut batik Palembang. Berbeda dengan batik Jawa, batik Palembang nampak lebih ceria karena menggunakan warna – warna terang dan masih mempertahankan motif – motif tradisional setempat.

Kota Palembang juga selalu mengadakan berbagai festival setiap tahunnya antara lain “Festival Sriwijaya” setiap bulan Juni dalam rangka memperingati Hari Jadi Kota Palembang, Festival Bidar dan Perahu Hias merayakan Hari Kemerdekaan, serta berbagai festival memperingati Tahun Baru Hijriah, Bulan Ramadhan dan Tahun Baru Masehi.

Makanan Khas

pempek

Pempek merupakan makanan khas Palembang yang telah terkenal seantero nusantara

Kota ini memiliki komunitas Tionghoa cukup besar. Makanan seperti pempek atau tekwan yang terbuat dari ikan mengesankan “Chinese taste” yang kental pada masyarakat Palembang.

  • Pempek, makanan khas Palembang yang telah terkenal di seluruh Indonesia. Dengan menggunakan bahan dasar utama daging ikan dan sagu, masyarakat Palembang telah berhasil mengembangkan bahan dasar tersebut menjadi beragam jenis pempek dengan memvariasikan isian maupun bahan tambahan lain seperti telur ayam, kulit ikan, maupun tahu pada bahan dasar tersebut. Ragam jenis pempek yang terdapat di Palembang antara lain pempek kapal selam, pempek lenjer, pempek keriting, pempek adaan, pempek kulit, pempek tahu, pempek pistel, pempek udang, pempek lenggang, pempek panggang, pempek belah dan pempek otak – otak. Sebagai pelengkap menyantap pempek, masyarakat Palembang biasa menambahkan saus kental berwarna kehitaman yang terbuat dari rebusan gula merah, cabe dan udang kering yang oleh masyarakat setempat disebut saus cuka (cuko).
  • Tekwan, makanan khas Palembang dengan tampilan mirip sup ikan berbahan dasar daging ikan dan sagu yang dibentuk kecil – kecil mirip bakso ikan yang kemudian ditambahkan kaldu udang sebagai kuah, serta soun dan jamur kuping sebagai pelengkap.
  • Model, mirip tekwan tetapi bahan dasar daging ikan dan sagu dibentuk menyerupai pempek tahu kemudian dipotong kecil kecil dan ditambah kaldu udang sebagai kuah serta soun sebagai pelengkap. Ada 2 jenis model, yakni Model Ikan (Model Iwak) dan Model Gandum (Model Gendum).
  • Laksan, berbahan dasar pempek lenjer tebal, dipotong melintang dan kemudian disiram kuah santan pedas.
  • Celimpungan, mirip laksan, hanya saja adonan pempek dibentuk mirip tekwan yang lebih besar dan disiram kuah santan.
  • Mie Celor, berbahan dasar mie kuning dengan ukuran agak besar mirip mie soba dari Jepang, disiram dengan kuah kental kaldu udang dan daging udang.
  • Burgo, berbahan dasar tepung beras dan tepung sagu yang dibentuk mirip dadar gulung yang kemudian diiris, dinikmati dengan kuah santan.
  • Lakso, berbahan dasar tepung beras, mirip Burgo, namun bertekstur mie.
  • Martabak HAR,adalah makanan Khas dari India yang dibawah oleh Haji Abdul Razak. Berbahan dasar tepung terigu, yang diberi telor bebek dan telor ayam,kuahnya berbahan kari kambing yang dicampur kentang.
  • Pindang Patin, salah satu makanan khas Palembang yang berbahan dasar daging ikan patin yang direbus dengan bumbu pedas dan biasanya ditambahkan irisan buah nanas untuk memberikan rasa segar. Nikmat disantap dengan nasi putih hangat, rasanya gurih, pedas dan segar.
  • Pindang Tulang, berbahan dasar tulang sapi dengan sedikit daging yang masih menempel dan sumsum di dalam tulang, direbus dengan bumbu pedas, sama halnya dengan pindang patin, makanan ini nikmat disantap sebagai lauk dengan nasi putih hangat.
  • Malbi, mirip rendang, hanya rasanya agak manis, berkuah dan gurih.
  • Tempoyak, makanan khas Palembang yang berbahan dasar daging durian yang ditumis beserta irisan cabai dan bawang, bentuknya seperti saus dan biasa disantap sebagai pelengkap makanan, rasanya unik dan gurih.
  • Otak – otak, varian pempek yang telah tersebar di seluruh Indonesia, berbahan dasar mirip pempek yang dicocol dengan kuah santan dan kemudian dibungkus daun pisang, dimasak dengan cara dipanggang di atas bara api dan biasa disantap dengan saus cabai / kacang.
  • Kemplang, berbahan dasar pempek lenjer, diiris tipis dan kemudian dijemur hingga kering. Setelah kering kemplang dapat dimasak dengan cara digoreng atau dipanggang hingga mengembang.
  • Kerupuk, mirip kemplang, hanya saja adonan dibentuk melingkar, dijemur, kemudian digoreng.
  • Kue Maksubah, kue khas Palembang yang berbahan dasar utama telur bebek dan susu kental manis. Dalam pembuatannya telur yang dibutuhkan dapat mencapai sekitar 28 butir. Adonan kemudian diolah mirip adonan kue lapis. Rasanya enak, manis dan legit. Kue ini dipercaya sebagai salah satu sajian istana Kesultanan Palembang yang seringkali disajikan sebagai sajian untuk tamu kehormatan. Namun saat ini kue maksubah dapat ditemukan di seluruh Palembang dan sering disajikan di hari raya.
  • Kue Delapan Jam, dengan adonan mirip kue maksubah, kue ini benar – benar sesuai dengan namanya karena dalam proses pembuatannya membutuhkan waktu delapan jam. Kue khas Palembang ini juga sering disajikan sebagai sajian untuk tamu kehormatan dan sering disajikan di hari raya.
  • Kue Srikayo, berbahan dasar utama telur dan daun pandan, berbentuk mirip puding. Kue berwarna hijau ini biasanya disantap dengan ketan dan memiliki rasa manis dan legit.

Palembang memang dikenal sebagai ibukota propinsi Sumatera Selatan. Jika Palembang sudah ada sejak jaman Sriwijaya, maka tak mengherankan menjadi kota tua yang ada di Indonesia. Usia kota Palembang saat ini sudah mencapai 1330 tahun.

Sebagai kota tua di Indonesia, tentunya tidak sedikit sumbangsih Palembang terhadap kekayaan budaya dan kesenian. Berdasarkan peninggalan kerajaan Sriwijaya, Palembang memiliki kebudayaan yang sangat beragam mulai dari seni tari, pakaian, seni kerajinan dan kuliner.

Sumber :Wikipedia.com

 

Tari Gending Sriwijaya

indegndimng

Seni tari menjadi salah satu unsur kebudayaan yang menonjol dan selalu menarik perhatian orang. Salah satu tarian yang menjadi kekhasan wilayah ini adalah tari Gending Sriwijaya. Tari ini biasanya untuk menyambut tamu istimewa, misalnya saja kepala Negara, gubernur, pejabat dan lain sebagainya. Konon kabarnya tari Gending Sriwijaya sudah ada sejak zaman kerajaan Sriwijaya. Biasanya tarian ini dibawakan oleh sembilan penari wanita dengan pakaian adat aesan gede, paksangkong dodot, selendang mantra dan tanggai.

Karena ditujukan untuk menyambut tamu istimewa. Biasanya penari paling depan membawa tapak berisikan kapur-sirih. Tapak ini yang diberikan kepada tamu istimewa dan selanjutnya tamu istimewa tersebut mengambil sekapur sirih yang ada di dalamnya.

Garakan tarian Gending Sriwijaya sangat lambat, para penarinya membutuhkan latihan yang lebih intensif karena kebutuhan gerakan tersebut. Para penari yang baru pertama menarikan tarian ini badannya terasa sakit. Tarin ini dilaraskan dengan lagu berjudul sama dengan nama tarian ini. Lagunya itu bercerita tentang keagungan Kerajaan Sriwijaya.

Sedangkan tari Tanggai adalah tarian yang sama populernya dengan tari Gending Sriwijaya. Sebenarnya tari ini sedikit mirip dengan tari Gending Sriwijaya seperti gerakan dan pakaian yang digunakan.

Namun tari Tanggai biasanya digunakan untuk acara-acara penting seperti acara resepsi pernikahan, acara khitanan dan sebagainya. Penarinya juga biasanya hanya 3 sampai 5 orang saja. Selain itu, hal lain yang membedakannya adalah musik yang mengiringi tarian ini. Musik untuk mengiringi tari Tanggai biasanya hanya berupa iringan instrumen musik saja tanpa adanya lagu yang dibawakan

Kain Songket

index

Seperti kebanyakan kain-kain bermutu tinggi di tanah Sumatera, Palembang juga memiliki kain tenun songket. Biasanya kain songket ini terbuat dari benang emas. Kain Songket ini dipakai untuk pakaian bawah pada wanita. Pada jaman sekarang kebanyakan kain Songket hanya digunakan untuk acara-acara tertentu seperti acara pesta pernikahan dan sebagainya. Karena pakaian adat ini yang harganya sangat mahal dan berbahan dasar emas. Tak jarang banyak menjadi incaran pencuri karena nilai ekonominya yang tinggi.

Selain kain Songket masih yang menjadi pakaian adat, yakni aesan gede, paksangkong dodot, selendang mantra dan tanggai. Pakaian ini biasanya dikenakan oleh penari-penari tradisional untuk tarian seperti gending Sriwijaya ataupun tari tanggai. Pengantin di Palembang biasanya juga mengenakan pakaian adat ini.

Pada zaman dahulu, pakaian adat ini hanya dikenakan oleh raja-raja atau pejabat tinggi saja. Tentu saja pakaian adat ini menggambarkan kejayaan Kerajaan Sriwijaya pada zaman dahulu. Hal ini terlihat dari bahan pembuat pakaian ini yang terbuat dari benang emas. Maka tak heran untuk saat ini harga pakaian adat Palembang bisa mencapai jutaan rupiah. Selain bahan dasarnya yang berasal dari emas, motifnya juga sangat beragam.

Kayu Tembesu

tembesu

Seni kerajinan yang terkenal di Palembang dan merupakan warisan budaya adalah seni ukiran. Biasanya kayu yang digunakan adalah kayu tembesu yang memiliki kualitas yang baik. Seni ukiran ini dipengaruhi oleh kebudayaan Budha dan China. Tentunya warna yang diambil tidaklah melenceng jauh, yakni emas dan merah. Terutama warna emas yang merupakan warna khas dari seni ukir ini.

Ukiran yang ada biasanya menggambarkan bunga. Makna yang terkandung di dalamnya adalah rasa cinta dan kasih. Termasuk pula keharuman bunga yang menyegarkan. Lambang ini juga sangat jauh dari makna kekerasan.

 

Nasi Minyak

nasi

Selain dipengaruhi unsur kebudayaan China dan Melayu, Palembang juga dipengaruhi dengan budaya India. Nasi minyak dan martabak telur dapat bersanding dengan pempek. Nasi minyak ini merupakan nasi yang dimasak dengan minyak samin dan biasanya dihidangkan untuk acara-acara resmi seperti pernikahan dan sebagainya. Nasi minyak ini sendiri merupakan makanan asli orang India.

Hal ini juga berlaku untuk martabak telur yang terbuat dari telur ayam atau telur bebek yang menjadi isi dan kemudian digoreng. Martabak telur ini selanjutnya dimakan dengan kuah kari dan merupakan makanan asli India juga.

sumber :Nurul Utari – Bukittinggi

 

 

Pakaian dan Rumah adat Sumatera Selatan

Pakaian adat Suamtra Selatan

  arumi emil
Pakaian adat Sumatera Selatan sangat terkenal dengan sebutan Aesan gede yang melambangkan kebesaran, dan pakaian Aesan paksangko yang melambangkan keanggunan masyarakat Sumatera Selatan. Pakaian adat ini biasanya hanya digunakan saat upacara adat perkawinan.

Dengan pemahaman bahwa upacara perkawinan ini merupakan upacara besar. Maka dengan menggunakan Aesan Gede atau Aesan Paksangko sebagai kostum pengantin memiliki makna sesuatu yang sangat anggun, karena kedua pengantin bagaikan raja dan ratu.

Pembeda antara corak Aesan Gede dan Aesan Paksongko, jika dirinci sebagai berikut; gaya Aesan Gede berwarna merah jambu dipadu dengan warna keemasan. Kedua warna tersebut diyakini sebagai cerminan keagungan para bangsawan Sriwijaya. Apalagi dengan gemerlap perhiasan pelengkap serta mahkota Aesan Gede, bungo cempako, kembang goyang, dan kelapo standan. Lalu dipadukan dengan baju dodot serta kain songket lepus bermotif napan perak.
Pada Aesan Paksangkong. Bagi laki-laki menggunakan songket lepus bersulam emas, jubah motif tabor bunga emas, selempang songket, seluar,  serta songkok emeas menghias kepala. Dan bagi perempuan menggunakan teratai penutup dada, baju kurung warna merah ningrat bertabur bunga bintang keemasan, kain songket lepus bersulam emas, serta hiasan kepala berupa mahkota Aesan Paksangkong. Tak ketinggalan pula pernak-pernik penghias baju seperti perhiasan bercitrakan keemasan, kelapo standan, kembang goyang, serta kembang kenango.
Sumber: http://kebudayaanindonesia.net/id/culture/998/pakaian-adat-sumatra-selatan#.UXvbRqB0dOU

Rumah Adat Sumatera Selatan

rumah-adat-sumatera-selatan-sumsel-rumah-tradisional-rumah-limas-palembang-sumsel-rumah-limasan
Rumah Limas merupakan prototipe rumah tradisional Palembang. Selain ditandai dengan atapnya yang berbentuk limas, rumah tradisional ini memiliki lantai bertingkat tingkat yang disebut Bengkilas dan hanya dipergunakan untuk kepentingan keluarga seperti hajatan. Para tamu biasanya diterima diteras atau lantai kedua.

Kebanyakan rumah limas luasnya mencapai 400 sampai 1000 meter persegi atau lebih, yang didirikan diatas tiang-tiang dari kayu unglen atau ulin yang kuat dan tanah air.Dinding, pintu dan lantai umumnya terbuat dari kayu tembesu. Sedang untuk rangka digunakan kayu seru. Setiap rumah terutama dinding dan pintu diberi ukiran. Saat ini rumah limas sudah mulai jarang dibangun karena biaya pembuatannya lebih besar dibandingkan membangun rumah biasa. Rumah limas yang sering dikunjungi oleh wisatawan adalah milik keluarga Bayuki Wahab di Jl. Mayor Ruslan dan Hasyim Ning di Jl. Pulo, 24 Ilir, Palembang. Namun hampir ditiap pelosok kota terdapat rumah limas yang umumnya sudah tua, termasuk sebuah rumah limas di museum Balaputra Dewa.

 

Sumber: http://www.sumselprov.go.id/index.php?module=content&id=20

 

2 respons untuk ‘KEBUDAYAAN PALEMBANG SEBAGAI BAGIAN BUDAYA DARI INDONESIA

Tinggalkan komentar